“Dengan gontai aku berjalan tak tentu arah,surat
pemberitahuan yang kupegang sudah tak terbentuk,bagaimana mungkin? Dia
mempunyai tumor di lambungnya? Dan bagaimana mungkin juga aku tak mengetahui
apa yang di derita istriku selama ini? Oh betapa bodohhnya aku tak mengetahui
apa yang disembunyikan dia selama ini. Lututku lemas aku tak tau harus kemana
lagi, air mataku sudah tak terbendung sejak berjalan tadi, akhirnya aku jatuh terduduk
di jalan,dadaku sesak aku ingin berteriak namun tak bisa, aku terus memegang
dadaku sambil terus terisak,mengapa tuhan? Kenapa harus istriku mengapa bukan
aku? Istriku, dia adalah orang yang dibutuhkan anak anakku,sedangkan aku? Aku
hanya suami yang jahat yang tidak menghiraukan rasa sakit yang di derita
istriku,suami yang bodoh yang baru mengetahui penyakit yang diderita istriku
dari 1 tahun yang lalu,dan akibatnya dia harus kehilangan harapan untuk segera
di operasi karna tumornya yang sudah menyebar,mungkin jika aku tidak bodoh
sampai saat inipun istriku sudah sehat karna tumor itu sudah diangkat dari
dulu.Dan sekarang aku terlambat. Kata kata dokter masih jelas teringat di
otakku,saat dia mengatakan hidup istriku tidak lama lagi sejak mendengar
penjelasan itu aku sudah kehilangan pikirannku,aku terjatuh di kaki dokter
tersebut sambil terus meminta tolong selamatkan istriku ,tolong selamatkan
istriku namun dokter hanya menggeleng tanda ia tak bisa berbuat apa apa….”
“aku memasuki ruangan tempat istriku dirawat,aku sungguh
tidak sanggup melihatnya bibirnya yang pucat juga tulang pipinya yang semakin
terlihat,namun ia masih memberikan senyuman itu,senyuman yang membuat aku masih
bertahan dalam cobaan ini,aku berjalan mendekati dia,dia terus tersenyum
kepadaku…aku membalas senyumannya, “ayah,, ibu punya satu permintaan untuk
ayah”katanya lemah, “katakanlah!!” kataku “ibu ingin menghabiskan waktu ibu
yang sedikit ini untuk bersama keluarga,ibu tidak ingin menghabiskan waktu ibu
di rumah sakit yang menyeramkan ini,ibu mohon dengan sangat kepada ayah,bisakah
ayah mengabulkan permintaan ibu?”katanya “tapi bu..” “ibu mohon yah!” dia
memotong pembicaraanku,aku langsung memeluknya hangat,air mataku jatuh
kembali,memang aku terlalu cengeng untuk seorang pria.,,”
“aku pun memenuhi permintaan istriku,aku membawanya pulang
kerumah,istriku hanya dibekali obat penahan rasa sakit oleh dokter,kulihat
wajah istriku terlihat bahagia sejak menginjakkan kerumah kami, dia disambut
kedua anak anakku yang berusia 20 dan 17 tahun, kedua anakku menangis tersedu
sedu dan memeluk erat istriku seolah melarang istriku akan meninggalkan mereka
saat ini juga. “jangan menangis nak,ibu tidak akan meninggalkan kalian”dengan
lembut dia mengusap kepala anakku dan menenangkannya,anakku masih terus saja
menangis, “ibu janji? Ibu janji ibu akan melihat aku lulus sekolah menengah?dan
ibu janji akan melihat aku di wisuda?
Ibu janji pula akan melihat kakak menikah? Ibu harus janji!” kata anaku yang
bungsu aku menangis mendengar itu “ibu janji nak?” istriku tersenyum aku
terharu melihatnya, istriku begitu optimis akan sembuh dari sakitnya aku merasa
malu,pada istriku seharusnya aku sebagai suaminya optimis juga,bukan malah
pesimis, aku yakin istriku pasti bisa sembuh atas mukjizat allah SWT,”
“suatu malam saat semua terlelap,aku mendengar suara
rintihan di kamar mandi,aku melihat ke sampingku istriku tidak ada di tempat
tidur? Aku pun mencari dia ke kamar mandi, betapa kagetnya aku saat melihat dia meringis
kesakitan memegang perutnya di mulutnya pun berlumuran darah dia pasti baru
saja muntah aku langsung memeluknya erat “ayah ibu harus bagaimana?ayah ibu
harus bagaimana? ibu harus hidup ayah ibu tidak mau mati sekarang ayah anak
anak masih membutuhkan ibu ayah ? ibu harus bagaimana? Sakit ayah
sakit?”istriku menangis tersedu dipelukannku,dadaku semakin sesak,aku
menenangkan istriku,aku bersihkan sisa darah di mulutnya dengan tissue, aku
gendong dia ke kamar lagi,tatapan matanya kosong, ya allah aku harus bagaimana
aku tidak tahan melihat istriku seperti ini..”
“seperti biasa sepulang bekerja aku melihat istriku terduduk
di kursi taman bersama anak anak sambil bersenda gurau,aku menghampiri mereka,
mereka menyambutku senang, “ayah ibu bilang dia ingin berlibur dengan kita
bagaimana?” kata anak pertamaku “ayo!!”kataku senang……
Kesokan harinya aku bersama keluargaku,bersiap menuju villa
milik keluarga di luar kota,kebetulan letak villa yang bagus juga di tambah
hawa yang sejuk memang cocok dijadikan tempat berlibur,sengaja kami membawa
banyak banjo karna memang berencana akan sedikit lama di villa tersebut…., di
perjalanan istriku terlihat senang,namun aku malah khawatir karna wajah istriku
itu sedikit pucat apalagi secara tak sengaja aku melihat istriku memegang perut
menahan sakit,beberapa kali aku dan anak anak bertanya tentang keadaannya namun
dia menjawab semuanya baik baik saja, tolong istriku jangan buat suamimu ini
cemas.
Akhirnya kami tiba di villa kami,kami semua langsung masuk
kebetulan villa ini sudah bersih karna kemarin aku menyuruh orang untuk
membersihkannnya,kami langsung menuju halaman belakang disana terdapat kolam
renang dan juga ayunan sangat cocok untuk bersantai,namun aku dan anak anak
menyiapkan tempat untuk nanti malam ,karna kami berencana nanti malam akan
membakar sate bersama…
Malam hari kita semua merasa gembira karna kita bisa
berkumpul bersama ,aku lihat juga wajah istriku sangat terlihat bahagia, tidak
terlihat seperti orang sakit padahal aku tau sebenarnya dia hanya menahan rasa
sakit itu demi kita semua… “nak,ibu ke belakang dulu yah!” “biar ayah temani ya
bu” kataku “tidak usah yah, ibu bisa sendiri kok!” katanya sambil pergi.. kami
pun melanjutkan acara kembali namu aku yang memang merasa khawati menyusul
istriku diam diam, karna memang sudah lama belum kembali, dan betapa
terkejutnya aku saat melihat istriku
tergeletak lemas di lantai , aku langsung mengangkat tubuhnya menuju kamar, aku
baringkan tubuhnya di kasur tak lupa akupun memanggil anak anak ku, kita semua
berkumpul di kamar ,istriku mulai sadar dia menatap kami satu satu,dengan mata
sayunya, oh aku mohon jangan berikan tatapan seperti itu,tatapan seolah olah
meminta ijin untuk pergi, aku belum siap… “ayah…!” katanya lemah aku langsung
memegang tangannya “bagaimana kalau ibu pergi ayah?”lanjutnya lagi aku
menggeleng kuat air mataku sudah tak tertahankan lagi kini aku menangis terisak
di hadapan istriku sungguh selama ini aku hanya menangis diam diam, aku tidak
mau istriku semakin terbebani dengan kesedihannku,namun kali ini aku tak bisa
dadaku sungguh sesak,anak anak sudah menangis dari tadi,mereka berada di
sebelah kanan ibunya. Dengan pelan istriku mengusap air mataku,mengecup pipiku
“ibu tau,ibu tidak akan bisa pergi dengan tenang,” “bagaimana bisa? Sedangkan
kalian masih tidak ingin melepas ibu” katanya sambil menangis. Ya allah betapa egoisnya
aku,aku malah menahan istriku pergi,sedangkan dia tersiksa didunia, ya allah
apa yang harus aku lakukan? “ibu jangan tinggalkan kami bertiga ibu,, bukankan
ibu berjanji akan melihat kelulusannku?akan melihat aku di wisuda? Akan melihat
kakak mendapat pendamping hidupnya?? Akau mohon ibu bertahanlah!!” aku tidak
kuat melihat anak anakku menangis ditambah istriku juga menangis.. dia memeluk
kedua anaku juga aku aku cium pipi istriku dan kedua anakku “ibu maafkan
ayah,selama ini ayah telah gagal menjadi kepala keluarga, ayah tidak bisa
menjaga kesehatan ibu!!” “tidak ayah, ayah telah menjadi kepala keluarga yang
baik,bukan ibu yang seharusnya dijaga oleh ayah namun anak anak kita,,ayah
jangan berbicara demikian”katanya lemah “ibu ingin kita semua tidur di kasur
ini mala mini bagaimana?kasurnya cukup luas!!!” dia mencoba menenangkan kami,
kami setuju dan tertidur di kamar dan kasur yang sama.
Pagi hari aku terbangun mendengar isakan tangis anak
pertamaku “ayah!! Ibu ayah…” dia menunjuk istriku yang terbaring di sampingku,,
aku mencoba memegangnya ‘dingin’ aku mencoba mencari denyut nadinya ‘nihil’
tidak ada “istriku.. bangunlah sayang ini sudah pagi..,istriku aku mohon….!!!”
Aku menangis memeluk tubuh yang sudah kaku ini anak kedua langsung menangis
sejadi jadinya “IBU..JAHAT, ibu tidak menepati janji ibu kepada kita, ibu
jahat…. Aku mohon ibu bangunlah..” dia terus menggoyang goyangkan jasad istriku
aku menenangkannya aku peluk anak anakku “ikhlaskan nak, ikhlaskanlah ibumu
kasian dia disini menderita biarkan dia pergi dengan tenang,, aku segera
meminta bantuan masyarakat sekitar untuk membantu mengurus jasad istriku, aku
memutuskan untuk memakamkannya di halaman villa ini,kami sekeluarga juga
memutuskan untuk pindah kesini….
#setelah Pemakaman
Kami segera menelpon jasa untuk mengangkut barang barang
kami disana untuk segera di bawa kesini, stelah hampir 4 jam menunggu barang
barang kami datang, aku dan anak anak segera membereskan barang barang tersebut
termasuk barang barang istriku,aku memeluk semua barang barangnya tiba tiba
sebuah surat jatuh dari kotak yang aku pegang aku segera membukanya untuk
membacanya
“ Sebelumnya aku berterima kasih kepada siapa saja yang
telah membuka surat ini,mungkin aku sudah tiada saat surat ini dibuka, surat
ini adalah surat ucapan terima kasih dan permintaan maaf untuk keluargaku
tercinta pertama kepada suamiku atau ayah dari anak anakku yang baik terima
kasih telah mempercayaiku menjadi istri yang baik dan menjadi ibu bagi anak
anakmu juga telah menjalani rumah tangga denganku dalam keadaan suka maupun
duka dan menerima semua kekuranganku termasuk penyakitku ini,suamiku aku minta
maaf kepadamu mungkin aku tidak bisa mendampingimu lebih lama, tidak bisa
membantumu dalam membimbing anak anak lebih lama,aku minta maaf suamiku aku
merupakan istri yang durhaka tidak melayanimu sebagai istri yang baik. aku
mohon kau mengerti, dengan keadaanku ini, aku mohon setelah aku tiada tolong
jaga anak anak dengan baik tolong hadiri segala acara mereka baik
kelulusan,wisuda maupun pernikahnnya aku mohon suamiku ini permintaanku yang
terakhir kalinya,carilah yang lebih baik dariku stelah aku tiada suamiku.
Untuk anak anakku,maafkan ibu nak, mungkin ibu tidak bisa
menghadiri kelulusan sekolahmu nak,juga tidak bisa memelukmu saat kau di wisuda
tidak bisa memberikanmu hadiah , tidak bisa berada disisimu saat kau menikah
nak,maafkanlah ibu nak,namun ibu sangat berterima kasih kalian telah menjadi
semangat untuk ibu kalia telah menjadi vitamin bagi ibu,namun ibu tidak bisa
menepati janji ibu untuk bersama kalian lebih lama,ibu tidak bisa membimbing
kalian lebih lama, maafkannlah ibu nak ibu sangat berdosa kepada kalian,ibu
mohon jangan pernah bertengkar kasian ayah kalian,percayalah nak kasih ibu
selalu mengalir untuk kalian doa ibu selalu ada untuk kalian,walau ibu mungkin
tidak bisa memeluk kalian sehangat dulu..”
Salam cinta kasih
IBU